INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Download Movies Free Love Reborn: Komik, Musik & Dongeng Abad Kemudian (2018)

Banyak film percintaan dewasa kita menyamakan romantisme dengan kalimat puitis, momen bagus nan dramatis, maupun campuran keduanya. Sebagaimana celetukan tokoh utama film ini, “kayak film-film Michelle Ziudith”. Semua soal momen dan buaian verbal maha dahsyat, tapi jarang yang mempedulikan satu unsur penting, yakni “kebersamaan”. Dalam Love Reborn: Komik, Musik & Kisah Masa Lalu, dua tokoh utama kerap, bahkan nyaris selalu menghabiskan waktu bersama, di mana tercipta interaksi yang awalnya terjadi di tatanan pikir (adu ideologi, pertukaran pendapat), gres kemudian lanjut ke hati. Pun supaya peduli akan percintaannya, penonton mesti sering dibawa menyaksikan dinamika tersebut. Love Reborn, meski penuh kelemahan, mempunyai elemen vital itu.

Mengingat menghidupkan lagi film (dan sinetron) lawas dengan suplemen “Reborn” di judul sedang tren, masuk akal jikalau anda sempat mengira film ini merupakan lanjutan atau remake dari Love (2008), yang juga remake film berjudul sama asal Malaysia. Tapi bukan. Kata “Reborn” di sini mewakili proses karakternya menemukan lagi rasa cinta, yang menyerupai tampak pada sub-judul, erait kaitannya dengan kisah masa lalu. Namanya Kirei (Nadya Arina), komikus muda bertalenta yang apatis terhadap cinta sehabis mendapati ayahnya meninggalkan sang ibu (Ira Wibowo). Bagi Kirei, cinta sebatas soal “siapa yang meninggalkan dan ditinggalkan”. Bahkan ketika laki-laki misterius berjulukan Wijaya (Donny Damara) mulai rutin datang, Kirei merasa takut andai sang ibu jatuh cinta lagi. Sebegitu jelek rupa cinta di matanya.
Wijaya rupanya yaitu ayah Bagus (Ardit Erwanda), vokalis “Keras Kepala Band” yang memusuhi Kirei serta komunitas komiknya (atau cosplay?) di kampus. Selain Bagus, grup band ini terdiri dari Rindu (Rani Ramadhany), Jefry (Indra jegel), dan Sobirin (Jui Purwoto). Mereka membawakan lagu rock asyik berjudul “Freak” yang menyindir kegemaran Kira dan kawan-kawan kepada kultur terkenal Jepang dan mengesampingkan budaya lokal. Aneh sebenarnya, mengingat rock ‘n roll yang mereka anut pun bukan orisinil Indonesia, namun setidaknya personel “Keras Kepala Band” berjasa menghadirkan tawa. Jefry si playboy bertampang pas-pasan, Sobirin si anak mama, dan Rindu yang kolam preman. Jika biasanya laki-laki berebut untuk berduaan dengan perempuan cantik, di sini sebaliknya, alasannya yaitu mereka semua takut pada Rindu. Situasi yang lucu.
Kirei dan Bagus setuju mengesampingkan perbedaan mereka, kemudian tolong-menolong menilik ada relasi apa antara orang bau tanah keduanya. Berbagai tempat, bahkan hingga tempat pinggiran Bogor didatangi berdua, kemudian menyerupai sanggup diduga, perlahan timbul asmara. Cinta itu terlahir kembali. Walau segala aral melintang sanggup dihindari apabila mereka pribadi menemui Wijaya di hotel yang selalu ia kunjungi, saya menikmati cara naskah garapan Bagus Bramanti (Mencari Hilal, Kartini) dan Gea Rexy (Dear Nathan, Yowis Ben) menyusun perjalanan berbasis napak tilas romansa masa kemudian yang diisi oleh bermacam-macam landmark. Ya, semua romansa indah memang harus mempunyai banyak sekali landmark.
Dari elemen estetika, sayangnya komik tak digunakan mempercantik tata visual sebagaimana musik kurang dimanfaatkan guna membangun emosi. Akad milik Payung Teduh menciptakan konklusinya manis, tapi itu lebih alasannya yaitu kekuatannya sebagai lagu yang berdiri sendiri ketimbang kejelian sutradara Jay Sukmo (Catatan Akhir Kuliah, The Chocolate Chance) mengawinkan bahasa visual dengan audio. Tambahan kreativitas—yang lebih dari sekedar mengumpulkan para cosplayer dalam pengadeganan canggung—bakal amat mempunyai kegunaan bagi Love Reborn. Komik, musik, dan kisah masa lalu. Ada perjuangan menimbulkan ketiganya terikat, walau karenanya ikatan itu cuma berakhir di permukaan, alih-alih satu kesatuan yang saling mengisi tanpa sanggup dipisahkan.
Setidaknya alasan Kirei dan Bagus jatuh cinta sanggup diterima nalar dan hati. Kita menghabiskan cukup waktu bersama mereka, biarpun (lagi-lagi) pengadeganan canggung Jay Sukmo kerap melucuti romantisme. Ardit Erwanda masih kewalahan ketika melakoni momen emosional. Belum lagi campuran artikulasi berserakan plus sound mixing jelek menciptakan kalimat-kalimat dari mulutnya sulit didengar. Ditunjang penokohan yang juga lemah, aksara Bagus yang sering meletup-letup jadi kurang menarik simpati. Lain dongeng dengan Nadya Arina pertengahan tahun nanti juga bakal tampil di Kafir. Cantik, hebat mengolah emosi di dosis yang tepat, juga tak mati gaya ketika dituntut bicara tanpa kata, pemilihan arah karir yang sesuai berpotensi menimbulkan gadis 20 tahun ini bintang di industri perfilman kita kelak.

INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Iklan Atas Artikel


Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2


Iklan Bawah Artikel